Jumat, 18 November 2011

Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Jangan pernah meremehkan API, kecil bisa jadi kawan namun jika besar bisa menjadi lawan yang membahayakan. Oleh karena itu wajib kiranya kita "Sedia Payung Sebelum Hujan" atau membuat upaya pencegahan sebelum hal yang buruk mungkin terjadi.

Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) bukan hanya untuk gedung perkantoran saja, seharusnya di rumah-rumah pun wajib menyediakan APAR ini, tentunya dengan kapasitas yang disesuaikan. Bila anda sadar akan tindakan pencegahan tersebut dan bila anda hendak menyediakan APAR di rumah anda, berikut adalah petunjuk praktis penggunaannya.

Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau dalam bahasa inggris disebut Fire Extinguisher, secara praktis agar mudah untuk diingat adalah dengan menggunakan singkatan T.A.T.S. dalam bahasa indonesia, yang merupakan terjemahan dari P.A.S.S. dalam bahasa inggris.

Penjelasan mengenai kedua singkatan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :
Berikut adalah video cara penggunaan APAR :



Demikian sekilas tentang penggunaan APAR yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi anda dan kita semua, demi keselamatan kita bersama.

Rabu, 16 November 2011

Thingking Out Of The Box

Keinginan untuk mengetahui dan membahas tentang “Thinking Out Of The Box” adalah setelah saya mendengar seorang pimpinan perusahaan terus menggembar gemborkan tentang kata-kata tersebut. Saat itu sang pimpinan ingin mengarahkan stafnya untuk berpikir tentang image perusahaan yang akan dituangkan dalam tampilan website, tampilan website yang lama dianggap tidak berkarakter dan tidak mempunyai arah yang jelas. Beberapa tampilan website perusahaan lain dari browsing internet coba ditampilkannya, dan beberapa pertanyaan terus dilontarkan kepada stafnya untuk memberikan pendapatnya. Beberapa ide-ide dilontarkan oleh staf dalam pertemuan tersebut, namun sang pimpinan tetap kurang puas dengan ide-ide yang dilontarkan dan semakin sering menyebutkan “pola pikir anda masih inside the box, cobalah berpikir outside of the box” . Akhirnya pertemuan tersebut ditutup dengan tanpa sebuah gambaran apapun tentang apa yang akan dikerjakan, selain apa yang diinginkan oleh sang pimpinan.

Berawal dari situasi tersebut, saya menjadi penasaran dan berusaha mencari apa sebenarnya makna dari “Thinking Out Of The Box” dari beberapa blog, dan ada yang menarik dari hasil pencarian tersebut yakni dari perspektif Ed Bernacki dalam tulisannya yang berjudul “Exactly what is ‘Thinking Outside the Box’?. Bahwa ia pun menganggap alasan sering terdengarnya kata-kata tersebut adalah dalam konteks pelatihan inovasi, juga muncul saat seorang pimpinan menganggap kualitas dari solusi atau ide yang muncul sama sekali tidak bagus atau dari seseorang dalam sebuah tim yang menganggap tidak ada kontribusi dari anggota tim lain yang bisa membantu memberikan solusi baru yang menantang.

Think Inside Of The Box
Pemikiran ‘Inside Of The Box’ artinya menerima status quo. Mereka yang berpikir dengan pola ini akan sulit mengetahui kualitas dari ide, bahkan akan menjadi keras kepala saat harus menilai sebuah ide. Mereka jarang meluangkan waktu untuk merubah solusi-solusi biasa menjadi solusi yang hebat. Yang lebih penting lagi, mereka yang berpikir inside of the box sangat terlatih untuk membunuh ide-ide. Mereka adalah master dalam prilaku pembunuhan ide kreatif dengan mengatakan “itu tidak akan berjalan” atau “itu terlalu beresiko”.

Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menguras antusiasme dan gairah dari para pemikir inovatif dengan membunuh ide-ide inovatif merekaMereka juga sangat yakin bahwa setiap masalah hanya memerlukan satu solusi, menemukan lebih dari satu solusi hanya membuang-buang waktu. Mereka sering berkata “kita tidak perlu ide-ide kreatif, kita hanya perlu solusi”. Bahkan orang-orang yang berjiwa kreatif pun bisa berubah menjadi in the box thinkers saat mereka berhenti berusaha.

Think OutOf The Box
Berpikir dengan pola Out Of The Box membutuhkan keterbukaan terhadap cara-cara baru melihat dunia dan keinginan untuk mengeksplorasinyaMereka yang berpikir dengan pola Out Of The Box mengetahui bahwa ide-ide baru perlu dipelihara dan perlu didukung. Mereka juga tahu bahwa bila memiliki sebuah ide yang baik itu bagus, namun mampu bertindak atas itu ide tersebut adalah jauh lebih penting. Tentang hasilnya merupakan sebuah perhitungan yang dapat dievaluasi dan diperbaiki.

Beberapa hal yang dibutuhkan untuk bisa berpikir ‘Out Of The Box’ adalah :
1. Kemauan untuk mengambil perspektif baru dalam pekerjaan sehari-hari.
2. Keterbukaan untuk melakukan hal yang berbeda.
3. Fokus dan Bertindak pada nilai dalam menemukan ide-ide baru.
4. Berjuang untuk menciptakan nilai dengan cara baru.
5. Mendengarkan orang lain.
6. Mendukung dan Menghormati orang lain ketika menyampaikan ide-ide baru.

Berdasarkan hasil pencarian terhadap makna 'Thinking Outside Of The Box' ini, akhirnya saya memahami apa yang dimaksud oleh sang pimpinan tersebut, dan seberapa jauh pemahaman beliau terhadap kata yang diucapkannya.

Seperti apa sih “think out of the box” itu? Pemahamannya dapat disajikan dalam bentuk sebuah permainan.
Permainannya sederhana saja. Perhatikan gambar sembilan buah titik di bawah ini.


Tugas anda adalah membuat kesembilan titik di atas terlewati oleh LIMA buah garis lurus yang bersambungan (tidak terputus).

Wah, ini sih mudah sekali… Dengan cara berpikir biasa pun, kita sudah bisa dapat jawabannya. Jawabannya seperti gambar di bawah ini.


Kurang menantang? Kalau permainan di atas kurang menantang, akan berikan yang lebih menantang. Sekarang, coba lewati kesembilan titik tersebut dengan EMPAT buah garis lurus yang bersambungan (tidak terputus).

Sekarang, pemikiran kreatif atau “think out of the box” sudah mulai diperlukan. Saya berikan hint: cobalah fokus kerjakan apa yang diminta, jangan biarkan pikiranmu dikekang oleh asumsi-asumsi yang kamu buat sendiri.
Sudah dapatkan jawabannya? Jawabannya adalah sebagai berikut.


Untuk menemukan jawaban ini, anda harus “think out of the box”. Tidak ada aturan bahwa garis-garis tersebut harus ada dalam area kesembilan titik tersebut, jadi janganlah membuat asumsi sendiri. Ketika kita melepaskan asumsi tidak berdasar tersebut, kita akan dapat melihat jawaban yang tidak terlihat sebelumnya.

Kesimpulannya :
“Kita harus membebaskan diri kita dari asumsi-asumsi yang tidak relevan yang membatasi pikiran kita, dan kita akan temukan solusi-solusi dari masalah yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.

Senin, 07 November 2011

Falsafah "Tat Twam Asi" Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan

Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam falsafat Hindu yang berasal dari bahasa sansekerta. Tat artinya: itu (ia), Twam artinya: kamu, dan Asi artinya: adalah. Tat Twam Asi mengajarkan kesosialan yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu dan saya adalah kamu”, sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri.

Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan ini demikian adanya sehingga dalam hidup ini kita akan selalu sering tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.

Terkait dengan kegiatan-kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan, ajaran Tat Twan Asi merupakan jiwa dari filsafat sosial pelayanan, dimana juga mengajarkan dasar dari tata susila dan moralitas sebagai individu yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Bagaimana membentuk Susila yaitu tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras antara pemberi pelayanan kesehatan dengan pengguna pelayanan kesehatannya (pasien), yang dalam hal ini adalah sebagai sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan. Sebagai landasan/pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal, mengindahkan, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh sebagai berikut:

1.   Prilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran/norma-norma masyarakat yang timbul dari hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).
Bagaimana seorang pemberi pelayanan kesehatan memperlakukan pasien dengan sepenuh hati dan keikhlasan, memahami apa yang dibutuhkan seorang pasien dan penyampaian tutur kata dan bahasa tubuh yang penuh welas asih, sebagaimana merasakan dirinya sendiri pada posisinya bila sebagai seorang pasien yang tengah merasakan kesehatannya terganggu dan memerlukan pelayanan kesehatan.

2.   Rasa tanggung jawab atas tindakannya itu.
Merasakan bahwa kesembuhan pasien adalah tanggung jawab penuh seorang pemberi pelayanan kesehatan, sehingga ia akan berupaya sepenuh hati dengan segenap daya upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal.

3.   Lebih mendahulukan kepentingkan umum dari pada kepentingan pribadi.
Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang pemberi pelayanan kesehatan ia akan memprioritaskan segala sesuatunya untuk kepentingan umum, bukan hanya mencari keuntungan pribadi semata.

Bila dimaknai dengan hati, ajaran Tat Twam Asi dalam Pelayanan Kesehatan adalah sebuah ikatan yang harmonis dalam kehidupan kemanusiaan. Selayaknya kodrat manusia untuk saling berkaitan satu dengan lainnya. “Aku adalah Kamu” dimana aku sebagai seorang pemberi pelayanan kesehatan akan menggunakan empathy dan penuh rasa tanggung jawab terhadap pasien atau pengguna pelayanan kesehatan.

Jumat, 28 Oktober 2011

PENGGUNAAN OTTAWA CHARTER SEBAGAI KERANGKA PIKIR DALAM PROGRAM PROMOSI KESEHATAN



Ottawa Charter atau Piagam Ottawa tahun 1986 merupakan hasil dari Konfrensi Internasional Pertama mengenai Promosi Kesehatan yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Ottawa, Kanada. Konfrensi tersebut adalah sebagai suatu respon terhadap harapan masyarakat dari seluruh dunia akan pergerakan dalam bidang kesehatan masyarakat baru.
Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kemampuan pengendalian untuk meningkatkan kesehatan mereka (Piagam Ottawa, 1986). Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan pada sumber daya sosial dan individu, serta kemampuan fisik. Oleh karena itu, promosi kesehatan bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi lebih merupakan gaya hidup sehat dari masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.
Promosi kesehatan merupakan proses sosial dan politik yang komprehensif, tidak hanya mencakup tindakan yang diarahkan untuk memperkuat keterampilan dan kemampuan individu, tetapi juga tindakan yang diarahkan pada perubahan sosial, kondisi lingkungan dan ekonomi sehingga dapat mengurangi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan individu. Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali dirinya atas faktor-faktor penentu kesehatan sehingga mampu meningkatkan potensi kesehatan mereka secara optimal. Partisipasi masyarakat sangat penting untuk mempertahankan keberadaan upaya-upaya promosi kesehatan.

Sesuai dengan konsep kesehatan sebagai hak asasi manusia yang fundamental, Piagam Ottawa menekankan beberapa persyaratan  untuk terciptanya suatu kondisi kesehatan adalah meliputi perdamaian, sumber daya ekonomi yang memadai, makanan dan tempat tinggal,  eko-sistem yang stabil dan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan. Pengakuan ini menyoroti persyaratan mengenai  hubungan tak terpisahkan antara kondisi sosial dan ekonomi, lingkungan fisik, gaya hidup individu dan kesehatan. Jejaring ini memberikan kunci untuk memahami kesehatan holistik yang merupakan inti dari definisi promosi kesehatan.

Piagam Ottawa mengidentifikasikan 3 (tiga) strategi utama untuk pelaksanaan Promosi Kesehatan yaitu :
1.    Advokasi
Kesehatan merupakan sumber daya utama untuk pembangunan sosial, ekonomi dan individu, serta merupakan dimensi yang penting dari kualitas hidup. Faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan biologi dapat menjadi faktor yang memberi keuntungan bagi kesehatan atau justru bisa sebaliknya. Kegiatan promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi tertentu yang mampu mendukung upaya-upaya kesehatan melalui advokasi.
2.    Penerapan
Promosi kesehatan berfokus pada pencapaian keadilan dalam kesehatan. Tujuan dari kegiatan promosi kesehatan adalah mengurangi perbedaan status kesehatan dan memastikan semua orang mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang sama sehingga memungkinkan bagi semua orang untuk mencapai potensi kesehatan mereka sepenuhnya . Hal ini mencakup didalamnya adalah landasan yang aman dalam lingkungan yang mendukung, akses terhadap informasi, keterampilan, dan kesempatan untuk membuat pilihan yang sehat. Masyarakat tidak dapat mencapai potensi kesehatan mereka secara maksimal apabila mereka tidak mampu mengendalikan hal-hal yang menentukan kesehatan mereka sendiri. Ini harus berlaku sama untuk semua gender.
3.    Mediasi
Persyaratan dan prospek kesehatan tidak dapat dipastikan oleh sektor kesehatan saja, promosi kesehatan menuntut tindakan terkoordinasi dari semua pihak seperti pemerintah, sektor sosial dan ekonomi, organisasi non-pemerintah dan relawan, pemerintah daerah,  bidang industri dan media informasi. Semua lapisan masyarakat akan terlibat baik sebagai individu, keluarga dan komunitas. Kelompok profesional dan sosial serta tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab utama untuk memediasi kepentingan yang berbeda dalam masyarakat untuk mencapai tujuan kesehatan.

Dalam kaitannya antara Program Promosi Kesehatan dan Piagam Ottawa ini adalah dalam setiap suatu perencanaan upaya-upaya pencegahan penyakit melalui kegiatan Promosi Kesehatan, ke tiga landasan dasar dalam Piagam Ottawa dapat menjadi acuan pola pikir guna mencapai keberhasilan dalam kegiatan Promosi Kesehatan tersebut. Keberhasilan suatu kegiatan promosi kesehatan memerlukan keterlibatan banyak sektor, dalam hal inilah strategi-strategi advokasi perlu dicermati agar bisa merangkul semua sektor terkait guna memperkuat dan menjadi pendorong keberhasilan program. Bina Suasana yang kondusif akan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat secara mandiri untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya secara maksimal sehingga percepatan pencapaian tujuan program promosi kesehatan dapat terealisasi. Gerakan pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi promosi kesehatan untuk melibatkan masyarakat berpartisipasi aktif dengan kesadaran penuh dalam melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatannya.

5 ( lima ) butir kesepakatan dalam Piagam Ottawa, yang menjadi Bidang Prioritas Tindakan dalam merencanakan Program Promosi Kesehatan meliputi :

1. Membangun Kebijakan Berwawasan Kesehatan ( Build Healthy public policy )
Membangun Kebijakan Berwawasan Kesehatan adalah menempatkan sektor kesehatan dalam agenda para pembuat kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers). Para pembuat kebijakan atau pengambil keputusan harus menyadari konsukuensi kesehatan dari keputusan mereka, dan harus bertanggung jawab terhadap permasalahan kesehatan di masyarakatnya. Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehatan sering diabaikan, oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Sebagai contoh ; dalam perencanaan pembangunan menara listrik tegangan tinggi di wilayahnya, para pengambil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan penempatan lokasinya, keuntungan dan kerugiannya bagi masyarakatnya. Juga dari segi kesehatan harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi yang akan ditimbulkan bagi masyarakat disekitar lokasi penempatan menara listrik tegangan tinggi tersebut.

2. Menciptakan Lingkungan yang mendukung ( Supportive environment ).
Promosi kesehatan harus bisa menciptakan kondisi lingkungan, baik tempat kerja maupun tempat tinggal yang aman dan nyaman. Untuk melakukannya perlu dilakukan penilaian yang sistematis dari perubahan dampak lingkungan. Lingkungan disini diartikan dalam pengertian luas. Baik lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan non fisik. Diharapkan tercipta lingkungan yang kondusif yang dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat. Sebagai contoh dalam menciptakan lingkungan yang mendukung adalah perencanaan jalur hijau didaerah perkotaan, agar menjadi filter dampak polusi yang terjadi. Menggiatkan perlindungan diri pada kelompok terpapar pencemaran udara, seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas polantas, dan sebagainya.

3. Memperkuat Gerakan masyarakat ( Community action ).
Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan gerakan kearah hidup sehata, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk memperkuat gerakan masyarakat adalah dengan adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasan DBD, gerakan jumat bersih, gerakan seribu kondom dalam upaya pencegahan HIV-AIDS dan lain-lain.

4. Mengembangkan Ketrampilan individu ( Personal Skill )
Promosi kesehatan mendukung pengembangan individu dan sosial melalui pemberian informasi, pelatihan, dan pendidikan kesehatan. Strategi ini membekali masyarakat dengan   keterampilan dan kepercayaan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan harapan semakin banyak individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat sehingga mereka mampu memegang kendali penuh untuk membuat pilihan yang kondusif pada dirinya dan lingkungannya terkait masalah kesehatan. Strategi ini dapat diterapkan dengan baik dilingkungan sekolah, rumah-rumah, lokasi kerja dan kelompok masyarakat tertentu. Kegiatan yang bisa dilaksanakan adalah seperti penyuluhan secara individu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK, pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS dan lain-lain.

5. Reorientasi Pelayanan Kesehatan ( Reorient health service ).
Tanggung jawab pelayanan kesehatan tidak hanya bagi pemberi pelayanan (health provider), tetapi  merupakan  tanggung jawab  bersama antara pemberi pelayanan kesehatan ( health provider ) dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan. Contoh yang bisa dilihat dilapangan adalah semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat, seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada, poskestren dan lain-lain.

Perkembangan di seluruh dunia saat ini telah menempatkan pendekatan promosi kesehatan sebagai suatu unggulan dalam sistem kesehatan. Fokus peningkatan upaya-upaya kesehatan menegaskan bahwa promosi kesehatan merupakan prioritas dan  investasi dalam faktor-faktor penentu kesehatan.  Pandangan ke depan terkait promosi kesehatan yang telah digambarkan dalam Piagam Ottawa telah diadopsi oleh banyak negara dan organisasi di seluruh dunia dan telah menjadi suatu landasan dalam kerangka pikir untuk pemecahan berbagai permasalahan kesehatan dengan berlandaskan pada tiga strategi utama promosi kesehatan yaitu advokasi dalam bidangkesehatan untuk menciptakan kondisi menguntungkan dalam guna mendukung upaya-upaya kesehatan, pemerataaan dan kesetaraan yang memungkinkan bagi semua orang untuk dapat mencapai potensi  kesehatan mereka secara maksimal, dan mediasi antara kepentingan yang berbeda dalam masyarakat untuk meraih tujuan kesehatan.